Arah Pemakaian Busana Muslim Semakin Meluas

Kini, busana muslim sudah menjadi bagian kebutuhan gaya hidup, tak lagi seperti dulu yang hanya digunakan untuk kepentingan acara spiritual seperti pengajian dan ritual tarawih. Penggunaan busana muslim semakin bergerak ke depan, sejalan dengan mengikuti selera pemakai yang sudah tak canggung lagi mengenakannya ke mana-mana, dari pesta ulang tahun sahabat, pergi belanja, saat santai bersama keluarga hingga ke aktivitas pekerjaan dan sukacitanya pesta.
Kebutuhan terhadap busana muslim saat ini, juga tak terhenti saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri berakhir, bahkan penggunaannya meluas hingga ke kalangan non-muslim. Pengguna busana muslim bukan lagi dari kalangan masyarakat bawah saja, ataupun kalangan ibu yang terbatas.
Kini berkunjung ke kafe atau mal berbaju koko sudah biasa, atau pun para wanita memakai abaya atau gamis sudah bukan pemandangan baru di mana-mana. Anak-anak muda kini juga telah banyak mengoleksi berbagai setelan busana muslim, karena telah mengikuti tren sekarang yang bisa padu padan aneka model celana bergaya.
Semua begitu cepat berubah sekarang, sesuai dengan berbagai model busana muslim berikut detail dan motifnya yang beragam. Nuansanya pun selaras dengan gaya berpakaian orang Indonesia secara umum.
Tingkat penjualan busana muslim juga kian meningkat dengan pesat, utamanya mendekati bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri, untuk keperluan tarawih, berbuka puasa bersama, ceramah kerohanian, merayakan lebaran hingga halal bihalal. Stok penjualannya bisa berlipat ganda, bahkan bisa empat kali lipat.
Di samping itu diharapkan busana muslim bisa sempurna pembawaannya dengan mengikuti kaidah agama, namun tetap bisa bergaya fashion, dan lebih jauh lagi bisa popular di pasar internasional. Berbagai penawaran baru selalu menjadi konsep menarik yang dikeluarkan para perancang busana muslim dari Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) setiap tahunnya.
Apalagi, busana muslim sudah menjadi bagian pasar fashion yang menjanjikan dengan kalangan mayoritas muslim di Indonesia. Ini menandakan potensi bisnis yang menggembirakan, sekaligus menantang para perancangnya untuk selalu menghasilkan sesuatu yang baru agar menghasilkan keragaman desain fashion. Konsep pembuatan kombinasi warna dan garis-garis rancangan terkadang menjadi agak bebas, sebagian perancangnya pun telah berani keluar dari pakem. Meski sudah pasti tak bakal melanggar persyaratan syariah Islam.
Alphiana Chandrajani, perancang busana muslim asal Surabaya, menjadi contoh menarik. Pemikiran desain yang diketengahkan, disebutnya, berada dalam wilayah koridor mix & match dengan padanan warna yang fresh.
Tema rancangannya untuk tren mendatang dibangun dari imajinasi suku nomadik (yang tak menetap di satu wilayah), dengan sejuta kisah pengembaraan mereka yang sarat dengan nilai-nilai perjuangan dan karakter kebebasan. Nuansa keterbatasan dan serba kekurangan mereka, juga menjadi bagian inspirasi Alphiana. Termasuk sikap di luar kemapanan, dan karakter kontradiktif lainnya. Segalanya itu menjadi proses kreatif dari sejumlah desain busana muslim yang dibuatnya, namun tetap dengan kaidah estetika yang bisa diterima.
Desain baju muslim yang dihadirkannya dalam program tahunan Fashion Tendance APPMI bertajuk ”Tropical Harmony” di kawasan Plaza Senayan baru-baru ini bernada pengaruh dari film-film kepahlawanan Mongolia, Cina, Burma, Muangthai, sampai beberapa kerajaan di Jawa. Sebagian besar terdiri dari tiga pieces berupa blus, celana dan blazer, ataupun celana dan sarung yang tanpa kesan ribet.
Beberapa celana yang muncul berdesain longgar seperti celana galembong. Sebagian blus bersiluet H longgar, yang berkesan lepas dan bebas, dipadukan dengan blazer yang bersiluet serupa.Ada beberapa pemakaian detail yang berupa sulaman tangan, dan bermotif hias juntaian manik-manik dan kayu.
Materi kain yang digunakannya adalah tenunan tradisional Bali, ada yang polos maupun motif kombinasi dengan sejumlah bahan lain seperti sutra satin, sutra serat nenas, sifon, jersey dan sutra organdi. Alphiana menggunakan teknik motif hand painting. ”Saya ingin bermain dengan motif tenun Bali, dan motif abstrak untuk menghasilkan kombinasi unik antara motif etnis dan modern,” jelasnya.
Lebih dari itu, Alphiana mencoba berbuat apa adanya, agar bajunya bisa enak dipakai.Dipakai Sehari-hariLain lagi dengan tren terkini yang hadir dari Ida Royani. Perancang busana muslim yang menempuh pendidikan mode di London Academy of Modelling ini, menyodorkan kaidah busana muslim sederhana yang tujuannya bisa dipakai sehari-hari.
”Lifestyle in Humble” menjadi tajuk penampilannya kali ini, berupa inspirasi aneka warna yang dipadupadankan dengan kombinasi bordir, tempelan/guntingan payet dan bulu. Materi knit, tulle, raw silk dan organdi terlihat lebih rapi, karena Ida semakin menonjolkan kualitas jahitan. Ida pantas memperlihatkan kesanggupan kualitasnya, apalagi ia telanjur pernah meraih Rochelier Designers Awards 1998 di Singapura, dan salah seorang yang pernah dihadiahi penghargaan Ten Best Dress Woman.
Segi kesederhanaan tetap pula dipertahankan Eulisia yang kali ini terinspirasi oleh keindahan warna pelangi. Dia menampilkan busana muslim dengan pilihan warna merah, oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu yang dipadukan motif bordir dan mote.
Kaidah tren-nya kali ini tanpa aplikasi, namun lebih memasukkan unsur draperi, karena tujuannya untuk bisa dipakai di pesta Lebaran, ataupun jenis pesta lainnya. Materi kain yang digunakannya adalah sifon dan shantung.
Secara garis besar, rata-rata perancang busana muslim saat ini berupaya keras agar desain rancangannya bisa menjadi pilihan yang lain, di samping pemakaian batik dan baju konvensional. Itulah mengapa Fenny Mustafa selalu berpatokan dengan arah tren mode dunia. Sederhana, kasual, dengan banyak permainan warna menjadi pilihan utama tren busananya kali ini.
Inspirasinya muncul dari keindahan busana tradisional Aceh, yang dimodifikasi gaya maskulin dan modern. Hal itu menjadi bagian gagasannya untuk melahirkan gaya baru yang eksotis melalui jaket, tunik, celana lebar dan sarung untuk wanita.
Selain itu dia mengeluarkan kemeja berkerah shanghai dan celana kargo untuk pria dalam nuansa gaya militer.
Ornamen Aceh yang dikembangkan Fenny dilakukan dengan berbagai teknik seperti bordir, sulam, aplikasi dan smoke beadwork yang dirangkainya di atas materi sutra sifon, sutra satin, sutra organdi, katun linen dan kain tenunan.
Aroma Aceh yang menjadi pilihan utamanya itu, termasuk dengan pelengkap aksesori seperti kalung, bros, hiasan kepala, dan pengembangan bentuk ikat kepala yang dikenakan para bangsawan Aceh. Namun ia memodifikasi segalanya menjadi lebih sederhana. Tren warnanya kali ini terdiri dari broken white, citroen, dusty green, gold, dan lime. ”Syair Negeriku”, demikian tajuk untuk koleksi tren terbaru dari Fenny, yang muncul dari kesedihannya melihat kondisi Aceh saat ini.
”Setiap tahun tantangan tren mode berbalik ke hal-hal yang serba baru. Mengerjakan konsep baju modifikasi adalah sebagai kepuasan kerja,” ungkapnya.Lebih BeraniPada bagian lain Monika Jufry menampilkan pilihan tren terbaru dengan upaya lebih berani dalam teknik cutting. Dia mewujudkan idenya yang terinspirasi oleh kostum penari Padang dengan tajuk ”Manari”. Menurutnya, banyak yang bisa diambil dari mulai lipatan selendang hingga celana tari menggembung.
”Tren mode ke depan yang berupa detail mengembang ‘kan jadi masuk. Bagusnya, ide ini datang dari negeri sendiri. Banyak yang bisa digali dari negeri sendiri,” komentar Monik. Dia juga mengatakan lompatan keberaniannya tak terbatas dengan cutting untuk abaya saja, tapi juga termasuk pada tunik, celana panjang dan rok. Detailnya bertolak dari kekuatan budaya Sumatra Barat, berupa siluet rumah adat bagonjong, atau gelombang yang diambil dari bentuk celana galembong, dan bordir motif songket sulaman kepala samek.
Perbedaan lain dari Monik kali ini adalah penerapan bahan yang tak melulu mengilap. Dia memakai bahan katun dan wol, di samping rawsilk dan sifon. Dia juga memanfatkan kesukaan orang Indonesia terhadap pemakaian sarung. Namun dengan motif kain yang dibedakan melalui motif kotak yang kelihatan dinamis dan etnis.
Secara lebih umum, pembaharuan busana muslim sekarang membawa paduan menarik dengan padanan celana serut dan kargo ? . ”Segalanya bisa terjadi, tanpa perlu mempersempit wawasan dengan nuansa Timur Tengah saja,” tambah Monik.Ciri halter neck pun bisa dimungkinkan dengan penutup tambalan yang inovatif.
Pengembangan yang lebih berani melihat baju modern yang transparan, maksudnya, harus diakali dengan pelapis yang malah bisa menjadi daya tarik.”Keberanian” lain dimunculkan Yessi Riscowati dari busana dua bagian dan tiga bagian dengan motif bunga tiga dimensi berukuran besar dan kecil. Ia menampilkan dengan gaya busana berupa siluet I dan A dengan garis busana asimetris.
Pemilihan bahan sutra dan organdi transparan dikembangkannya dengan efek pliskert dan detail kerut berikut warna-warna terang dan kontras, yang menjadikan busana muslim rancangannya terlihat berbeda. Keunikan itu ditambah dengan topi-topi pengganti jilbab. Ada kecenderungan citra kontemporer ingin ditonjolkannya.
Yessi dikenal tak hanya berani dalam mendesain busana muslim, akan tetapi juga dalam mengembangkan usahanya, dia disebut-sebut cukup piawai. Terbukti dengan semakin banyaknya ruang pamer dan outlet ”Ranti” (nama merek busana muslim-nya) yang telah dibuka di seluruh ibu kota provinsi di Indonesia. Bahkan dalam waktu dekat, 4 Oktober mendatang, dia akan membuka sebuah pusat perbelanjaan muslim empat lantai, sebagai yang pertama di Indonesia dengan nama ”Alifa Moslem’s Shopping Center” yang berlokasi di Bandung.
Konsep kontemporer juga terbersit dari inspirasi bertajuk ”Bubbling Fragments” dari Nuniek Mawardi, yang berkembang dari fokus perhatiannya pada karakter fragmen di antara lelaki dan perempuan. Dinamika orang muda menjadi konsep pola pemikirannya kali ini, yang serba berani dengan detail-detailnya melalui aplikasi dekoratif, bordiran dan patchwork. Pilihan warnanya kali ini terdiri dari hijau, oranye, merah dan navy blue.
Pola pencarian baru dari pengembangan busana muslim yang serasi dengan masyarakat modern ikut dipikirkan Boyonz Ilyas asal Yogyakarta. Gaya siluetnya terarah pada over coat dan A-line melalui materi sutra ATBM, Sutra Organdi dan sutra limbah.
Dia mengaitkan keasyikan kontemporernya dengan sogan antik berwarna-warni alam atau kayu-kayuan. Detailnya berupa terusan mix and match/simplicity.
Menarik pula dengan ide yang disodorkan Iva Latifah dengan tren busan Muslim bertajuk ”Madame Black” yang memasukkan ide alternatif bagi para wanita berbadan besar usia 40 tahun. Biasanya mereka mengalami kesulitan apabila harus memilih busana bercorak warna. Maka Iva mengusulkan masukan warna hitam sebagai salah satu alternatif yang memberikan dampak ilusi visual bagi yang memandangnya. Kemungkinan yang terjadi, demikian Iva, adalah memberi efek langsing bagi pemakainya. Hal ini akan dapat menutupi kekurangan pada pemakainya agar kelihatan ideal.
Busana muslim ready to wear yang dirancangnya menggunakan kain katun dan organdi melalui siluet A-line, H-line, dan dua pieces. Detailnya berupa aplikasi bisban, payet dan manik-manik. Pilihannya kian beragam, tinggal Anda sebagai penentu yang utama.

Fatima - Aneka Desain Busana Muslim

Desain busana muslim saat ini semakin beragam dengan berbagai variasi antara lain busana muslim dengan model gaun terusan (gamish), setelean blouse/blazer yang dipadukan dengan rok atau celana.
Dengan semakin bertambahnya peminat busana Muslim maka buku ini meru[akan salah satu respon sebagai wujud perhatian penulis untuk membantu para penggemar busana Muslim dalam memilih desain busana yang modis dan modern serta tetap memegang kaidah agama.
Sanny Poespo yang mempunyai nama lengkap Wishnu Sanjaya Poespo lahir di Surabaya 25 Desember 1949, dan mulai menyenangi dunia gambar-menggambar semenjak kecil. Semua ketrampilan mencampur warna, membuat sketsa busana hingga mewujudkannya, dan lain-lain dipelajari sendiri tanpa pernah mengikuti pendidikan formal.
Pendidikan formal terakhirnya diselesaikan di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Namun, Sanny Poespo justru lebih memilih berkecimpung dalam dunia busana yang sangat disenanginya. Sepanjang kurun waktu perjalanan karier Sanny Poespo hampir dihabiskan untuk mengajar desain busana dan fashion drawing di beberapa sekolah mode. Kecintaannya dalam dunia busana diungkapkannya dalam bentuk buku, yang rata-rata mendapatkan sambutan baik di pasaran. Seluruh karya desain pada buku ini merupakan karya Sanny Poespo sendiri serta diterbitkan atas kerjasama dengan Penerbit ANDI.